Untuk jauh melangkah melindungi lamun dari berbagai kerusakan, ada langkah paling dasar yang harus dilakukan, memperkenalkan kepada setiap orang apa yang akan mereka lindungi. Mengedukasi tentang perbedaan lamun dan rumput laut merupakan salah satu solusinya. Apabila dalam skala besar sulit dilakukan, semua bisa dimulai dari keluarga terdekat, paling tidak sudah ada upaya untuk mengedukasi.
Sebagai suatu ekosistem di laut, lamun memiliki banyak manfaat. Pemanasan
global yang menjadi isu hangat beberapa tahun terakhir bisa dijawab dengan
peranan lamun yang mampu menyerap emisi CO2. Kedua, lamun menjadi tempat perlindungan, sumber
makanan, daerah asuhan dan tempat hidup berbagai organisme. Selain itu lamun
juga digunakan penahan gelombang serta arus dan mampu mengikat sedimen. Akibatnya
akan berdampak pada kondisi perairan yang tenang dan lebih jernih.
Tahukah kamu tentang duyung? Jangan terlalu terbayang dengan
keindahan dan kemolekan tubuh duyung di telivisi. Tentu berbeda 180o
dengan kenyataan sebenarnya bahwa duyung
memiliki tubuh yang gendut, bulat, lucu dan sangat tidak ideal bila memerankan
tokoh duyung di televisi. Perlu diketahui bahwa duyung bukanlah bagian daripada
ikan, dalam klasifikasi hewan duyung termasuk kelas mamalia yang mampu menyusui
anaknya.
Perlahan seiring bertambahnya waktu, duyung yang lucu kini sudah mulai
terancam dan mulai sulit ditemukan. Oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature) duyung telah
dinyatakan “rentan punah”. Dahulu banyak perairan pantai Indonesia yang dikenal
dihuni oleh duyung, namun sekarang sudah jarang terdengar lagi beritanya. Hal
ini disebabkan lamun yang menjadi tempat bermain sekaligus mencari makan duyung sebagian
besar mulai rusak. Salah satu peneliti Nontji et al. (2012), menyatakan bahwa
kerusakan ekosistem lamun akibat kegiatan manusia. Meskipun beberapa kejadian
akibat bencana alam, namun potensi rusaknya lamun akibat tindakan manusia jauh lebih
tinggi. Beberapa kegiatan yang mengancam kehidupan lamun adalah pembangunan kontruksi
dan infrasktruktur di sekitar pantai, pengerukan dan penimbunan yang terus
menerus, pencemaran air seperti tumpahan minyak, pemasukan pencemaran di
sekitar fasilitas industri, dan juga limbah air panas dari pembangkit tenaga
listrik.
Cukup prihatin memang melihat keberadaan duyung yang mulai berkurang populasinya. Namun beberapa tahun terakhir isu duyung mulai sering diangkat dan gencar diberitakan sebagai salah satu hewan yang dilindungi. Berbagai peneliti dan pemerhati lingkungan yang tergabung dalam Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP) Indonesia turut mengambil tempat dalam menjaga kelangsungan hidup duyung dan lamun.
Duyung dan lamun memang menjadi satu kesatuan utuh. Terdapat interaksi yang saling menguntungkan keduanya, kalau dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam yang diperoleh saat bangku sekolah dasar, kita sering mengenalnya dengan istilah simbiosis mutualisme. Duyung bermain dan mencari makan di padang lamun. Sebaliknya bagi lamun, akan jauh lebih subur akibat cara makan duyung yang mengacak-acak dasar lamun. Dari interaksi keduanya akan menjamin keseimbangan ekologis bagi mahluk hidup lainnya yang hidup disekitar lamun.
Duyung dan lamun memang menjadi satu kesatuan utuh. Terdapat interaksi yang saling menguntungkan keduanya, kalau dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam yang diperoleh saat bangku sekolah dasar, kita sering mengenalnya dengan istilah simbiosis mutualisme. Duyung bermain dan mencari makan di padang lamun. Sebaliknya bagi lamun, akan jauh lebih subur akibat cara makan duyung yang mengacak-acak dasar lamun. Dari interaksi keduanya akan menjamin keseimbangan ekologis bagi mahluk hidup lainnya yang hidup disekitar lamun.
Poin penting untuk menjaga keberlangsungan hidup duyung adalah dengan
menjaga lamun sebagai habitatnya dari berbagai macam kerusakan. Memiliki
kesadaran dan rasa tanggung jawab dari berbagai macam pihak perlu digalakkan
sebagai tonggak awal pelestarian lamun.
Saat berpikir tentang solusi konservasi lamun, saya teringat ketika dulu masih bekerja di salah satu NGO. Saat itu saya berkesempatan mendatangi
sebuah desa di Pulau Sumbawa yang menggunakan sistem “sasi”. Menurut definisinya,
sasi merupakan suatu kearifan lokal yang menerapkan nilai-nilai konservasi
secara tradisional dalam upaya melindungi perairan laut dari eksploitasi
berlebih. Adanya tradisi ini memberi kesempatan sumberdaya alam untuk pulih dan
berkembang. Saat sistem sasi diberlakukan, suatu wilayah perairan akan dianggap
keramat oleh masyarakat setempat, sehingga tidak banyak aktifitas selama
periode waktu tertentu. Sasi memberi masyarakat rasa
tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi lingkungannya. Setiap daerah yang
menggunakan sistem sasi memiliki aturan yang berbeda-beda tergantung kesepakatan
pimpinan adat dan masyarakat setempat. Dari penjabaran di atas, saya menyimpulkan
bahwa sasi adalah salah satu cara yang efektif untuk menjaga kelestarian hidup lamun
dan biota didalamnya. Bila dalam suatu daerah tidak memiliki adat yang mencolok,
bisa dibuatkan dalam sebuah aturan desa tentang kebijakan konservasi.
Membangun kesadaran adalah hal paling penting untuk menjaga suatu
ekosistem. Ketika kesadaran sudah timbul, secara otomatis akan terus berupaya melindungi
apa yang sudah mereka jaga. Memang tidak mudah untuk membangun kesadaran, butuh
upaya ekstra dari berbagai pihak. Namun, tidak ada yang mustahil, semua bisa
dimulai dari lingkungan terkecil, dari desa untuk kemudian menyebar ke desa
lainnya dan akan terus berkembang di
tempat-tempat lainnya. Bila ini bisa terus dijaga, duyung yang jarang dijumpai
akan kembali menemukan tempat ternyaman yang mereka miliki.
Sumber :
Sumber :
Dugong and Seagress Conservation Project. 2018. Infografis Lamun - Hubungan Duyung dan Lamun
Nontji A, Kuriandewa T E, Harryadie E. 2012. National Review of Dugong and
Seagress : Indonesia. GEF/UNEP Project on The Dugong and Seagrass Conservation.
Wah, turut prihatin melihat duyung yang kian hari semakin berkurang populasinya come back https://bit.ly/2IY8181
ReplyDelete