Skip to main content

Sampah Untuk Kesejahteraan Bersama



“Sampah untuk kesejahteraan bersama” adalah tema yang diangkat oleh Forum Wacana mahasiswa pasca IPB dalam diskusi tematik pada hari Minggu 22 April 2018.
Alasan Isu sampah ini sebagai tema kajian, berawal dari keresahan melihat permasalahan sampah yang menjadi masalah klasik di Indonesia, terutama Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang dipaparkan selama kajian, pertumbuhan manusia di Bogor terus mengalami peningkatan dan menjadi salah satu pertumbuhan manusia tertinggi di Jawa Barat. Dari data lainnya volume sampah dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini terlihat bahwa pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan volume sampah.
Pembicara pada tema ini merupakan 2 pakar dalam bidang sampah. Pertama ialah pak John, salah satu pembicara yang juga peneliti di PPLM IPB. Beliau adalah lulusan S1 Universitas Indonesia dari Fakultas Teknik dan menyelesaikan studi S2 di PSL di IPB. Terkait materi yang ia bawa, pak John memaparkan sekilas tentang isu sampah yang dan berbagai solusinya. Salah satu yang saya cukup  saya ingat ialah melakukan rekayasa sosial. Apa itu rekayasa sosial? Rekayasa sosial menurut beliau bagaimana kita bisa menggerakan masyarakat agar bisa lebih peduli terhadap sampah dan turut melibatkan masyarakat untuk mengelola dan juga merasakan manfaat dari adanya sampah. Sehingga sampah bukanlah sebuah masalah kedepannya. Bila pada pengelolaan sampah umumnya mengenal 3R (reduce, reuse, recycle), pak Jhon menyarankan untuk menambah menjadi 4R. Poin terakhir yang ditambahkan adalah re think. Re think memiliki pengaruh besar terhadap apa yang memberikan kelancaran jalannya rekayasa sosial. Masyarakat yang teredukasi tentunya akan tahu bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah. Selain itu beliau juga melalui re think juga bisa merubah pola pikir masyarakat yang selalu merendahkan para pekerja sampah. Menurutnya “pekerja sampah itu bukanlah orang yang terbuang, akan tetapi mereka adalah orang-orang pilihan dan bahkan mereka adalah pahlawan untuk lingkungan kita”. Beliau juga memberikan ilustrasi dari 2 gambar Amerika Serikat pada tahun 1983 dan sekarang. Pada tahun 1983 Amerika Serikat juga pernah mengalami masalah sampah layaknya Indonesia saat ini, akan tetapi dengan sistem manajemen yang baik akhirnya mereka juga bisa mendeklarasikan bahwa status mereka adalah zero waste. Harapannya kedepan Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama.
Berikutnya pembicara kedua adalah Mas Gugi. Mas Gugi merupakan sosok pemuda yang cerdas dan memiliki banyak pengalaman seputar sampah. Hal ini terlihat dari CV yang dibacakan oleh MC bahwa beliau cukup aktif dan sangat dekat dengan sampah. Menjadi konsultan lingkungan adalah pekerjaannya saat ini. Materi Mas Gugi diawali dengan klasifikasi sampah yang meliputi sampah B3 dan juga sampah rumah tangga. Akan tetapi, Mas Gugi lebih menekankan pemanfaatan sampah rumah tangga yang memiliki prospek dan tidak membutuhkan modal besar. Sedangkan pengolahan limbah B3 sangat membutuhkan modal yang amat besar hingga bermilyar-milyar. Paparannya seputar pemanfaatan sampah baik dari hulu ke hilir bisa dilakukan oleh siapa saja tergantung modal yang dimiliki, cukup menarik minat peserta. Beliau menyampaikan bahwa sudah banyak yang melakukan bisnis dari sampah. Menurutnya bisnis sampah tidak memiliki resiko yang besar, hanya saja membutuhkan pasokan yang continue.
Setelah presentasi yang dilakukan oleh para pembicara, diskusi dibuka oleh moderator. Peserta cukup antusias bertanya ketika diskusi dimulai. Pertanyaan seputar pengelolaan, pemanfaatan, dan tips pemula untuk mulai berbisnis sampah ditanyakan oleh peserta.  Selain itu pertanyaan yang dikaitkan dengan latar pendidikan yang ditempuh oleh peserta membuat diskusi cukup hidup. Salah satunya oleh mahasiswa perikanan terkait mengapa banyak sampah yang dibuang ke laut karena imbasnya terhadap kehidupan ekosistem di laut. Pak Jhon yang mencoba menjawab pertanyan tersebut menjelaskan, bahwa semua kembali ke re think. Pola pemahaman masyarakatlah yang menjadi dasar kenapa mereka membuang ke sungai lalu berakhir ke laut. Di sisi lain, masalah sampah juga bukan hanya menjadi masalah di laut saja, melainkan juga menjadi masalah di darat, seperti bau yang ditimbulkan dan penyakit dan masalah kompleks lainnya. Mas Gugi menambahkan bahwa isu sampah sebaiknya dibahas bersama, artinya berbagai golongan yang berkepentingan baik itu di darat dan laut harus duduk bersama untuk menciptkan solusi, sehingga tidak saling menyalahkan bila timbul masalah baru.      
Masalah sampah pada hakikatnya tidak hanya menjadi concern wilayah perkotaan, akan tetapi menjadi masalah hampir setiap daerah, termasuk wilayah non perkotaan sekalipun. Oleh karena itu setiap orang harusnya memiliki rasa tanggung jawab oleh sampah yang dihasilkan. Untuk menuju zero waste memang tidak mudah, butuh proses panjang dan sangat kompleks, namun bukan hal mustahil. Memulai dari sendiri dan lingkungan terkecil kita juga turut serta membantu mewujudkan Indonesia bebas sampah.   

Comments

Paling Sering dibaca

Membangun Kesadaran : Sebuah Upaya Konservasi

#DuyungmeLamun - Bagi orang awam, lamun sering disalahartikan dengan rumput laut. Bentuk lamun yang menyerupai rumput di daratan, sering membuat orang menyebut lamun dengan sebutan rumput laut. Padahal sudah sangat jelas bahwa keduanya memiliki bentuk yang berbeda.

Alasan Saya Hijrah

Dunia terus berubah, pikiran terus berkembang, hidup terus bergerak. Tertanggal 29 April 2018 disaat orang-orang sudah terlelap, saya mengambil keputusan, keputusan yang menurut saya tidak mudah untuk dilepaskan.Semoga ini menjadi titik awal yang baik dan semoga kalian mengerti. Sebelumnya saya telah memiliki blog dengan nama septiyan1.blogspot.com. Namun beberapa hari terakhir saya berpikir untuk kembali aktif di dunia perblogan dengan sebuah akun baru. Bukan karena apa, saya rasa saya membutuhkan blog profesional yang akan menemani saya kedepannya. Lalu apakah blog sebelumnya tidak profesional? Baik saya akan menjelaskan kembali, memang beberapa hari terakhir keinginan untuk kembali aktif di blog sudah hampir menjadi bom waktu di kepala. Melihat teman-teman saya yang terus menggunakan blog mereka untuk berbagi cerita tentang hal yang mereka punya, saya kira menarik. Menarik untuk mengagumi tulisan orang, tapi apakah cukup untuk sekedar mengagumi tulisan orang? Saya ra

Sekilas tentang Standar Pelayanan Minimum

Beberapa kali mengikuti kegiatan di daerah, ataupun penyelenggaraaan kegiatan yang berkaitan dengan daerah, topik Standar Pelayanan Minimum (SPM) merupakan sebuah pembahasan yang tidak terlewatkan untuk dibahas. Umumnya, pakar yang diundang dalam membahas SPM berasal dari Kementerian Dalam Negeri yang juga merupakan pengampu SPM. Adanya kebutuhan peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang memadai menjadi salah satu dasar dibentuknya SPM. Source :  Indonesia Baik Pada dasarnya tulisan ini dibuat untuk membantu penulis untuk lebih jauh memahami pengetahuan tentang SPM. Dengan tulisan ini setidaknya penulis harus membuka beberapa dokumen agar tulisan ini bisa sedikit berbobot, dan menjadi sarana belajar bagi pembaca setia blog ini. Cerita awal SPM bermula dari pemberian kewenangan/otonomi yang luas kepada daerah dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari adanya peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Selain itu daera