Salah satu alat transportasi massal yg digunakan oleh warga Jabodetabek ialah Commuter Line a.k.a KRL. Hampir setiap hari warga ibukota dan sekitarnya mencari nafkah menggunakan alat transportasi ini. Kabarnya KRL ini diimpor dari Jepang. Waktu itu pernah sih ketemu kereta yg stickernya masih dipenuhi tulisan Jepang, dan itu semakin membuat yakin kalau barang ini emang benar dari negeri Sakura. Untuk tiba ke Jakarta dalam waktu singkat, murah, tanpa mengenal macet, mayoritas pengadu nasib di Jakarta menggunakan alat transportasi ini. Berdasarkan data PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), saat ini rata-rata penumpang KRL mencapai sekitar 850.000 orang setiap harinya dan diprediksi akan terus meningkat. Berdesakkan itu pasti dan sudah menjadi hal lumrah yg sering dijumpai. Aku menyebut mereka sebagai "zombie". Semua orang berebut masuk untuk kemudian berebut keluar ketika kereta membuka pintunya di Stasiun tujuan (kalau dari stasiun Bogor, Stasiun Sudirman biasanya). Berangkat subuh dan pulang larut malam adalah rutinitas yg dijalani oleh Zombie demi menghasilkan "cuan" untuk menyambung hidup. Bagi aku orang daerah yg tidak pernah menikmati fasilitas kereta, dengan permasalahan klasik di sini yaitu macet, sejujurnya adanya KRL sangat membantu orang-orang sekitaran Ibukota untuk beraktivitas setiap harinya.
Benar-benar merasakan dan menjadi bagian kehidupan pekerja di Jabodetabek yaitu tepat pada tahun ke-3 setelah memutuskan menetap di Bogor. Berangkat subuh, untuk mengejar tiba ditempat bekerja pada pukul 07.00 pagi adalah hal yg amat berat. Belum lagi ditambah pulang larut malam. Awal-awal beradaptasi dengan rutinitas seperti ini bukan hal yang mudah. Badan remuk, rasa kantuk tak tertahankan diperjalanan, bahkan sempat sakit, karena efek tubuh yg belum terbiasa dengan kondisi saat itu. Perlahan, akhirnya badan bisa menyesuakan juga. Sempat disarankan untuk tinggal di sekitar kantor tempat bekerja, tapi sayang Bogor masih cukup berkesan untuk ditempati. Entah sampai kapan.
Semenyebalkan apapun kondisi seperti itu, akan ada saja hal yg bisa membuat tersenyum. Ada momen ketika awal-awal naik kereta di "peak hour" Pekerja. Bayangkan saja, saat kereta akan tiba di stasiun bogor, ratusan orang sudah mengantri dan mendekati pintu masuk kereta untuk berebut kursi. Bersyukur kalau dapat, jika tidak harus punya kaki yg kuat untuk menopang tubuh setidaknya 1-1,5 jam ke Jakarta. Belum lagi ditambah dengan jumlah penumpang di stasiun selanjutnya. Dimana tidak ada jarak antar satu penumpang dengan lainnya. Rasanya semakin sesak, terhimpit diantara banyak orang. Tapi sedikit beruntunglah kalian yang bisa dapat posisi paling "pas" untuk mencegah badan kalian terbawa gelombang manusia. Pojokkan antara pintu kereta dan ujung kursi adalah idaman. Idaman bagi orang-orang yang gagal bersaing mendapat kursi kereta. Kamu mungkin akan terasa terhimpit dengan banyak orang, namun jaminan tidak akan terbawa gelombang manusia adalah sebuah kepastian. Bantuan sisi kursi yang kokoh tidak akan sanggup menggeser tubuhmu. Ketiga, tentang pagi yang segar dan identik dengan ketenangan tidak berlaku bagi sebagian pekerja. Berkeringat, baju yg kusut, muka yang kucel, dan emosi yg kadang meledak-ledak seringkali dijumpai di KRL. Pemandangan ini adalah hal lumrah yg ditemui.
Kembali lagi soal zombie, zombie-zombie Jabodetabek terkuat itu berasal dari Bogor. Kok bisa? Kenapa gak Bekasi atau daerah lainnya. Mari kita jabarkan satu persatu. Masalah jumlah, salah satu penyumbang terbesar pekerja ibukota selain Bekasi, Depok, Tangerang, dan Tangerang Selatan ialah Bogor (berdasarkan data "Septiyan Institute"). Tapi ini gak ada hubungannya sama sekali tentang siapa yang paling kuat. Lets back to the track, akan tetapi lebih ke jarak. Jarak berbanding lurus dengan waktu. Jadi, semakin jauh jaraknya maka secara otomatis akan banyak membutuhkan waktu lebih. Dari beberapa kota di Jabodetabek, aku memilih Bogor. Pemilihannya cukup Subyektif, ya tentu karena aku bagian dari transmigran Bogor-Jakarta. Selain itu, pakai ilmu taksiran yg berasal dari sobat Bekasi (kebetulan punya teman sekantor dari Bekasi), dengan waktu start yang sama mereka bisa sampai tujuan lebih awal dibanding aku yg dari Bogor pastinya. Apalagi ya kira-kira alasannya, intinya Bogor tetap punya Zombie terkuatlah (maksa). Sekian dulu kali ya, kapan-kapan lanjut lagi. Mari beristrahat dan terima kasih Mcd Dramaga tempat menamatkan tulisan ini.
Comments
Post a Comment