Bahkan berkedippun, menghawatirkan. Semenakutkan itu kehilangan momen di Maluku.
Akan kutandai dan kuingat dalam memori yang paling dalam kalau pada tanggal 19 September di tahun 2024 aku pernah berkunjung ke Provinsi di mana aku di lahirkan, Maluku. Tulisan ini sebagai bukti, bahwa dengan rasa suka cita dan penuh bangga aku bilang bahwa "aku pulang".
Rasanya sudah berkali-kali berharap untuk bisa kembali berkunjung ke sini, tapi memang takdir tuhan belum memihakku untuk pulang.
Apapun motif dalam perjalanan ini, takdir tuhanlah yang mengantarku kembali ke Maluku, setelah 25 tahun lamanya meninggalkan nama daerah yang masih teringat dalam benakku Namlea, Pulau Buru, tempat aku dilahirkan. Setidaknya 5 tahun merasakan menjadi warga Maluku, pernah bersekolah di salah satu TK Kristen, Namlea dan penghuni kelas 1 SD meskipun tidak selesai.
Mungkin, kalau tidak ada kejadian berdarah tahun 1999, aku bisa lebih lama untuk tumbuh di sini.
Memang kali ini aku belum bisa menginjakkan kaki secara langsung ke sana, tapi aku bisa merasakan aroma tanah Maluku itu satu. Tak perlu aku kesana, aku bisa tau bahwa tanah ini "tanah Maluku". Cukuplah aku berbahagia, bisa menginjakkan kaki di salah satu tempat di mana aset terbesar peninggalan sejarah dunia pernah ada, yaitu Banda Neira.
Comments
Post a Comment